Blog Utama

Abege Labil

Abcdefg! Sehat guys? Agaknya gue yang gak sehat yaa. Sebelumnya gue udah nulis panjang banget, udah gue post dan ngabisin banyak waktu. Tap...

Minggu, 05 Maret 2017

Hormat Bendera Aja, Kamu Ngobrol

Habis kepoin akun instagram Sejarah, jadi pengen nulis perihal Nasionalisme dikalangan pelajar. Habisnya, masih heran sama mereka-mereka yang katanya "mengabdi merah putih" tapi kurang menghargai merah putih itu sendiri. Apa ya? Aku jelasin deh.

Nasionalisme, familiar ya di telinga kita. Nasionalisme banyak pengertianya, banyak pula bentuknya. Secara garis besar, Nasionalisme itu rasa cinta terhadap suatu bangsa. Kalau di Indonesia, ya mencintai Indonesia sebagaimana mestinya. Kalau di kalangan anak sekolah, Nasionalisme sering banget dibahas di pelajaran PKN mulai dari pengertian, bentuk-bentuk, contoh, sampe manfaat (maklum, materi pelajaran). Temen-temen pasti udah paham sama Nasionalisme. Tapi.. Yakin udah mempunyai jiwa Nasionalisme di diri masing-masing? Kalau merasa udah, pernah mengamalkannya? Atau sebesar apa Nasionalisme di hati kalian? 

Anak sekolah, sebesar apa sih jiwa Nasionalismenya? Jawabanya sederhana. Sangat sederhana. Menghormati bendera sebagai lambang negara sudah termasuk jiwa Nasionalisme. Mirisnya, banyak anak-anak yang main-main saat hormat bendera.

Ambil contoh, disekolahku. Setiap hari kami mengadakan apel pagi yang diisi pengibaran bendera, amanat, dan doa. Dari awal mulainya apel saja, tidak ada antusias di diri masing-masing siswa. Padahal tujuan apel untuk apa? Kedisiplinan, meluangkan waktu untuk menyaksikan sang merah putih dikibarkan. Banyak sekali siswa yang mengulur waktu, malas-malasan menuju halaman sekolah. Alasanya? "Karena yang lain belum baris" Hey! Kenapa tidak kamu yang baris lebih dahulu? Kenapa tidak kamu saja yang memberikan contoh kepada mereka-mereka yang malas untuk cepat baris? Memangnya tidak ingin benderamu cepat-cepat dinaikkan?

Tujuan pihak sekolah menciptakan individu yang disiplin berantakan karena siswa saja malas apel pagi, malas berdiri menyaksikan pengibaran bendera. Bukan disiplin yang didapat, eh malah memupuk jiwa "Ngaret" anak negeri. Siapa yang disalahkan oleh pihak sekolahku? Ya Osis, tidak sanggup mengatur teman-temannya baris dengan tertib. Dengar ya pak, mereka yang tidak punya antusias, bukan Osis yang tidak sanggup. Coba saja teman-teman lebih sadar diri dan gesit sedikit, tidak ada yang namanya "digiring baris". Ah seandainya.. Sedandainya teman-temanku semangat apel pagi, semangat baris dan berangkat sedikit lebih pagi. Seandainya.. Hey aku sedang membahas jiwa nasionalisme dan penghormatan terhadap bendera. Bukan apel pagi. Ah sama saja, apel pagi kan perihal bendera juga.

Sudah lama barisnya, saat bendera dinaikkan teman-temanku malah asyik sendiri. Tidak tahu diri ya? Saat pemimpin memberi perintah hormat kepada bendera, dengan santainya mereka mengobrol, main ponsel, dan bahkan hormat dengan posisi membelakangi bendera. Miris? Sekali. Bendera adalah lambang negara, diperjuangkan mati-matian oleh para pahlawan, supaya apa? Supaya kita anak negeri bisa menyaksikan upacara penaikan bendera tanpa adanya gencatan senjata. Tidakkah kamu merasa berdosa bermain-main dengan bendera? Sang Saka Merah Putih. Tidakkah hatimu bergetar ketika melihat lambang negaramu berkibar diterpa angin di ujung tiang sana? Tidak banggakah?

Apa tidak ada sejenak waktu lepas dari mengobrol dan bermain ponsel untuk bendera? Dimana rasa cinta Nasionalisme mereka? Bahkan bentuk cinta tanah air yang paling sederhana saja mereka lalai. Sekarang kutanya, apa arti merah putih bagi kalian?

Rasa Nasionalisme banyak bentuknya. Tidak harus jadi tentara, tidak harus ikut Paskibra. Hormati saja bendera, lambang negara dengan banyak makna. Sayangnya, masih banyak kutemui anak muda main-main saat pengibaran bendera. Yang katanya diajarkan disiplin, suka ngaret kalau baris. Yang katanya sikap siap, putar sana-sini kalau baris. Yang katanya gesit, masih sering lamban hanya untuk sekedar baris. Kita ini anak muda generasi bangsa, diberi hadiah kemerdekaan oleh pahlawan supaya dijaga. Bendera yang sedang dinaikkan mestinya dihormati, vukan di acuhkan seolah tak ada begitu. Ngobrol kan, bisa dimana saja. Masa baris juga harus mengobrol? Semoga segera berubah.. Teman-temanku.

Asal kalian tau, aku menahan tangis saat pengibaran merah putih 17 agustus lalu? Asal kalian tau aku menangis saat menulis cerita ini. Aku mencintai lambang negaraku, tanah airku, dan bahasaku. Bersyukurlah, acara hormat bendera generasi kita jauh lebih menyenangkan dibanding 70 tahun yang lalu. Atau di jaman Mamaku, yang sekolahnya tanpa alas kaki.

Tidak ada Nasionalisme yang didapat dari buku, dari organisasi, dan dari peraturan. Tidak ada Nasionalisme yang dipaksa. Nasionalisme hanya masalah hati, yang mencitai tanpa meminta. Menanamkan semangat upacara pengibaran bendera, apel pagi, disiplin, dan Nasionalisme di hati masing-masing. Penghormatan saja cukup. Mari berubah, teman-temanku. Bendera dijahit ibu Fatmawatiku bukan untuk main-main. Bukan untuk ditonton, diacuhkan, dan di biarkan kehujanan. Mari tumbuhkan jiwa Nasionalisme sederhana untuk sebuah harapan masa depan yang lebih baik dari kita anak-anak bangsa.

Sekian ya, agak emosional. Aku agak greget sama mereka yang begitu. Semoga cepat sadar, mohon doanya teman-teman. Salam manis, Cornflakes Kriuk-kriuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar